Senin, 19 Desember 2011

tips memilih burung murai bakalan

Murai Batu Bakalan Hasil Tangkaran
Murai Batu Bakalan Hasil Tangkaran
Agar lebih obyektif, saya akan mengutip beberapa tips dari penghobi murai batu di Indonesia.  Beberapa saat setelah saya menemukan di beberapa forum penghobi, saya mendapatkan ini:
Oleh: Ajiban
Murai batu merupakan salah satu burung yang ‘tenar’ dikalangan kicau mania alias penggemar burung berkicau. Hal ini dikarenakan kicauannya yang merdu, dan perilakunya yang aduhai saat ‘tarung’ dengan murai batu jantan yang lain. Dengan ekor panjang yang di kibas-kibaskan keatas kebawah diiringi kicauan yang merdu memang sangat memukau bagi para penggemar burung berkicau.
Ciri umum yang dimiliki oleh burung murai adalah ekornya yang panjang, bahkan lebih panjang dari badannya (jadi inget ikan cupang yang bisa gondrong gitu). Warna badan,kepala, sayap, paruh, dan ekor hitam mengkilap. Bulu dadanya berwarna coklat kemerahan. Banyak orang beranggapan bahwa burung murai yang paling baik adalah burung murai yang berasal dari sumatra, khususnya medan. Karena cerdas, dapat dilatih dengan variasai ocehan yang lebih banyak, kualitas suara yang lebih merdu, gaya bertarung yang ‘keren’. Ocehannya lebih bervariasi, kalo dalam bahasa kicau mania sering di sebut ngerol.
Murai relatif lebih mudah dipelihara jika dibandingkan dengan burung kicauan lain saingannya yaitu anis merah. Banyak orang memililih membeli murai bakalan (dalam arti tangkapan hutan, belum terlatih) yang kemudian merawatnya, karena harga yang relatif lebih murah jika dibandingkan dengan murai yang sudah ‘jadi’ alias sudah terawat, terlatih, dah siap dinikmati kicauannya. Tidak salah sih membeli murai bakalan, karena memang harganya relatif lebih murah. Namun bagi beberapa orang yang masih ‘pemula’, biasanya mengalami kesulitan dalam memilih burung murai bakalan ini. Karena kita tidak tau bagaimana kualitas burung tersebut (tentu saja kicauannya karena burung berkicau yang dinikmati adalah kicauannya, dan murai bakalan belum mau berkicau). Berikut akan saya ceritakan sedikit pengalaman dari teman-teman kicau mania, bagaimana cara memilih murai batu bakalan.
Karena murai yang kita hadapi adalah bakalan, dan belum mau berkicau, maka salah satu cara untuk mengidentifikasi kualitasnya adalah dengan mengamati bagian-bagian tubuhnya. Usahakan cari yang berkaki hitam, karena biasanya memiliki mental yang bagus. Hindari murai batu yang memiliki warna kuku kelingking yang berbeda, karena biasanya memiliki sifat suka down saat di trek. pilih yang berekor panjang, tidak terlalu tebal, dan menyatu. Karena akan nampak indah jika dimainkan saat burung di trek. Hindari murai berekor cabanga atau gunting, karena memiliki mental yang kurang bagus. Kenapa harus diperhatikan mentalnya? Burung murai adalah burung petarung, jadi mental sangat berpengaruh pada penampilannya. Jika dipegang menjerit keras dan berusaha mematuk-matuk tangan kita, merupakan salah satu indikasi bahwa ia memiliki mental yang berani. Perhatikan matanya, hindari yang memiliki semacam bercak putih, karena bisa jadi itu merupakan pertanda awal katarak. Katarak berpeluang besar menyebabkan kebutaan. Bagaimana dengan usia? Burung muda memiliki kesempatan ‘berkarir’ lebih banyak. Amati rongga mulutnya. Semakin pekat warnanya semakin tua usia burung tersebut.
Kepala ceper, leher besar dan panjang, paruh sedang, garis hitam di dada agak keatas, usahakan yang setara dengan sayap, ekor tidak terlalu panjang, usahakan yang melengkung dari pangkal. Kretekannya keras dan padat. Merupakan pilihan yang bagus jika membeli murai bakalan. Hanya ini yang saya tau, dan yang bisa saya gunakan untuk berbagi.
bagi yang memiliki tips lagi, silakan ditambahkan…
kita diskusikan disini…
Nah, sedangkan  Doni Medan mengatakan:
Ukasan diatas udh manteb sekaleee,.. tetapi yang perlu juga diketahui bahwa di Medan sendiri gak pernah ada murai. asal kata murai medan mungkin dulunya sekali semua murai dari daerah sumatera utara dan NAD di kumpulkan di Medan di Pasar Burung jl. Bintang untuk kemudian dikirim ke pulau Jawa. Saat ini di Jl.Bintang kebanyakan murai batu yang berasal dari daerah NAD, Sementara dari SUMUT sudah sulit didapatkan. saya sendiri mulai memelihara Murai Batu sejak tahun 1997 baru dapat 1 ekor yang asli dari Pd.Sidempuan dan 1 ekor dari daerah marike(bahorok). Dan juga sebenarnya Asal Murai batu tidak menjadi patokan yang penting mental tarung dan kecerdasan.
Untuk mulai memelihara Murai batu sebenarnya kita harus tentukan dulu tujuannya, kalo hanya untuk mendengarkan kicauannya, mental tarung tidak jadi masalah yang penting gacor, tetapi kalo untuk lomba, nah ini yang mesti memperhatikan banyak hal dalam memilih dan perawatan yang intensif.
Maaf bukan mau menggurui tetapi hanya sekedar sharing. kalo salah mohon dikoreksi
Nah, kalau Pak Ismu:
yang jelas kalau milih murai batu bakalan pertama adalah yang sehat ditandai dengan seneng makan, bulu tidakkusam, mata terlihat cerah, gerakannya ringan dan tidak nabrak kurungan.
cara perawatan setelah dibeli (terpilih)
1. Jangan langsung dimandikan
2. Jangan dikasih jangkrik
3. Jangan dijemur
4. Beri minuman vatamin Bplex
5. Beri Kroto secukupnya yg dicampur
6. Beri krodong pd kurungan
7. Tempatkan burung di ruangan yang bersuhu hangat.
mudah2han jadi burung bakalan hidup……….
ok
wassalam
Ismu
Sumber : Tabloid Nova
Di sini sudah ada tips dari penghobi lain tentang murai batu.  Silahkan memberikan pendapat dan komentarnya barangkali Anda mempunyai masukan.
Disini saya akan mencoba menambahkan untuk memilih bakalan murai batu yang berekor panjang, atau murai batu medan super, atau untuk memperoleh anakan untuk keperluan lomba dan sebagainya, maka yang di perlukan adalah melihat dari mana bakalan tersebut di dapatkan.  Alangkah lebih baiknya jika Anda melihat langsung indukan jantan dan betinanya.  Dan satu lagi yang penting adalah kredibilitas sang peternak muray batu tersebut.  Kalau memang Anda sudah yakin akan kejujuran sang peternak, silahkan membeli hasil anakannya.  Anda bisa mencoba memelihara anakan dari peternak tersebut, apakah memang hasil anakannya sesuai dengan atau paling tidak mendekati indukannya.
Yang paling penting di perhatikan disini adalah tidak semua katurangan indukan akan di turunkan ke anakannya.  Bisa jadi anakan menjadi lebih jelek dari indukannya atau bahkan seperti pengalaman saya yaitu anakannya mempunyai ekor yang lebih panjang dari indukan jantannya.  Setelah saya amati, sang  indukan betina mempunyai ekor yang panjang yang membuat saya menarik kesimpulan bahwa hal tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa terjadi persilangan gen dari indukan jantan dan betina.  Jadi, kita juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan sang peternak bila hasil anakan yang kita ambil tidak sesuai dengan indukannya seperti yang di katakan peternak atau penjualnya.
Sebagaimana manusia atau hewan yang biasa kita jumpai dalam proses regenerasinya.  Tidak menutup kemungkinan, anakan tidak sama dengan indukannya.  Kenyataannya, banyak indukan yang sudah berprestasi tapi sebagian anakannya biasa-biasa saja dan sebaliknya, tidak jarang murai berprestasi lahir dari indukan murai batu yang biasa-biasa saja.  Karena ada banyak faktor yang mempengaruhi hasilnya.  Mulai dari perawatan, master, asupan gizi yang cukup dan sebagainya.  Tapi paling tidak, dari kesemuanya itu bisa kita tarik benang merahnya yaitu mengenal sang peternak, mencoba hasil anakan sang peternak tersebut, atau mencari informasi dari sang peternak.  Sebab, ada beberapa peternak yang menjadi terkenal karena hasil anakannya sudah terbukti moncer di lapangan.  Atau peternak yang sudah terkenal dengan hasil anakannya yang berekor panjang.  Nah, peternak-peternak seperti itu bisa kita jadikan referensi jika ingin mengambil anakan murai batu.
Ada lagi contoh kejadian seperti pembeli yang kecewa setelah membeli hasil anakan dari seorang peternak.  Setelah sekali mabung, panjang ekor anakannya tidak sama dengan dengan  panjang ekor indukannya.  Tapi sang pembeli tidak melihat terlebih dahulu bagaimana ekor murai batu tumbuh.  Padahal anakan murai batu tersebut baru sekali mabung, atau berumur sekitar 3 bulan.  Nah, disini kita harus mengetahui bahwa murai batu membutuhkan waktu sekitar 3 (tiga) kali mabung untuk proses tumbunya bulu ekornya tersebut.  Perpanjangan setiap mabung berbeda-beda setiap murai batu.  Ada yang hanya 1 (satu) cm hingga 3 (tiga) cm setelah mabungnya (ganti bulu).  Dalam ngurak pertama (kurang lebih 3 bulan), kedua (kurang lebih satu tahun lebih) dan yang terakhir di ngurak yang ke tiga atau pada usia sekitar 2,5 tahun.  Tak heran, kenapa murai batu ekor panjang memiliki harga yang tinggi karena untuk mencapai ekor yang maksimal, seekor murai batu memerlukan sekitar 2,5 tahun hingga 3 tahun untuk memiliki ekor yang maksimal.
Saya menuliskan beberapa pengalaman yang saya dapatkan selama memelihara murai batu.  Yang mungkin mempunyai pendapat dan masukan silahkan di share disini untuk bisa dijadikan pembelajaran bagi sesama penghobiis murai batu yang lainnya.
Nah, kalau untuk penjelasan perbedaan antara murai batu jantan dan betina dewasa, silahkan klik disini

Lihat tulisan lain di daftar isi disini..

Atau kalau mau menangkar murai batu, silahkan ke sini
Beli anakan hasil tangkaran di kita, silahkan disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Takut Bertanya dan Berbicara.,.,.,.,.,.,
Luapkankanlah semua isi pikiran & hati anda disini.,.,.,
salam persahabatan.,.,.,.,.!!!!!!!!!!!!